indoPetroNews.com – Satu minggu terakhir, Ketua tim reformasi tata kelola minyak dan gas bumi (Migas), Faisal Basri terus menyerang Pertamina Energy Trading Limited (Petral) melalui media. Namun Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI), Faisal Yusra mengatakan, justru keberadaan Petral sangat berjasa bagi Indonesia.
Menurutnya, Petral selama ini menyediakan energi berupa produk minyak kepada masyarakat Indonesia. Bahkan, Petral hadir di saat kondisi ekonomi Indonesia melemah di akhir 2013 lalu.
“Seperti Petral yang mempunyai LC (letter of credit) hingga US$ 5,1 miliar atau sekitar Rp 60 triliun. Di Oktober 2013 Indonesia shortage (kekurangan) dolar. Kami di Pertamina saat itu berpikir, bagaimana untuk pengadaan BBM Indonesia. Karena ada Petral di sana, dia bisa prudent mengadakan BBM dan minyak,” katanya, saat ditemui di Jakarta, Senin (8/12).
Menurutnya jika Petral dibubarkan maka siapa lagi yang akan memenuhi kebutuhan minyak Indonesia, dan harus ada yang menggaransi ketika dibubarkan, maka BBM harus tetap jalan.
“Jadi yang penting BBM untuk Indonesia harus tetap jalan. Jangan hanya dibubarkan, terus penggantinya tidak ada, kalau kami Pertamina sangat diperlukan keberadaannya,” tuturnya.
Ditanya terkait tim reformasi tata kelola Migas, Yusra mengatakan tim yang beranggotakan 12 orang tersebut merupakan tim ‘seminar’ alias tidak dapat melakukan apa-apa. Pasalnya tim yang diketuai Faisal Basri itu menurut Yusra adalah tim SK Menteri yang kewenangannya tidak besar dalam mengambil tindakan.
“Kalau belum bekerja sudah koar-koar, ditakutkan akan mempertaruhkan kredibilitas tim. Jadi maunya bekerja saja dahulu,” ujar Yusra.
Menurutnya bagian dari tata kelola Migas itu bukan hanya Petral, akan tetapi ada BUMN, pemerintah, Traders, dan lainnya. Sehingga tim harus menemukan, sebenarnya apa potret dari tata kelola migas di Indonesia.
President KSPMI ini menduga, ada agenda setting selama ini, kenapa Petral menjadi pembahasan utama bagi tim mafia migas. “Yang ditakutkan adalah serangan terhadap Petral belakangan ini hanya pengalihan isu untuk tujuan merubah semua susunan Direksi Petral agar pemerintah yang berkuasa dapat masuk di dalamnya,” katanya.
Dia juga mengatakan gara-gara gonjang-ganjing ini, pihak Petral sulit untuk meminjam uang untuk menambah produksi. “Jadi kita jangan mau dibodohi. Ini ada penghianat negara yang menjadi antek asing dan neolib, yang berusaha memainkan isu,” jelasnya.
Sebelumnya, pernyataan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Faisal Basri sempat menyebutkan belum ada keputusan apakah Petral dibubarkan atau tidak. Karena menjadi kewenangan dari Menteri BUMN. Namun, ada sejumlah transaksi mencurigakan di Pertamina dan Pertral. (Epan Hasyim Siregar)